Krisis Iman yang Menjadi Masalahnya

Tentunya masih belum hilang dari ingatan kita, kisah dari aliran sesat Kerajaan Tuhan yang dipimpin oleh Lia Eden. Namun, ternyata hanya dalam waktu dekat mulai terungkap kembali keberadaan aliran sesat yang ditayangkan di televisi. Sebagai contoh kita lihat saja Aliran Satrio Piningit. Aliran yang dipimpin oleh Agus Imam Solichin ini ternyata memiliki pengikut yang cukup banyak jua. Bahkan kasus yang kali ini menurut saya lebih dahsyat lagi, karena si pemimpin aliran sendiri mengaku sebagai Tuhan? Yang membuat saya heran, aliran sesat model seperti ini kok bisa menjaring pengikut yang banyak ya? Bukankah sudah jelas kalau itu aliran sesat? Tentunya saudara muslimin sekalian harus tahu, aliran sesat semacam ini tidak hanya ada 1 atau 2 aliran saja, bahkan dimungkinkan sudah berdiri sekitar 15 aliran yang bisa dicurigai sebagai bentuk aliran sesat. Tampaknya sungguh mudah sekali bagi para pendiri aliran ini untuk bisa lolos dari pengawasan pemerintah. Apakah dalam hal ini pemerintah patut disalahkan? Jawabannya adalah mungkin saja. Namun sebaiknya jangan lah kita memandang masalah ini dari sudut pandang pemerintah saja, karena pemerintah bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab atas masalah ini. Toh pemerintah melalui MUI juga sudah mengupayakan untuk mencegah pengembangan aliran sesat di Indonesia ini. Kita akan menemukan berbagai jawaban yang lebih kompleks jika kita kembali merujuk pada pribadi masing-masing individu.

Dilihat dari sisi para pemimpin aliran sesat ini, apalagi jika mereka adalah sang pendiri aliran itu sendiri yang posisinya bukan sebagai seorang ulama atau lulusan pondok pesantren, cukup memungkinkan untuk disimpulkan bahwa mereka itu memiliki pemahaman yang salah dari sesuatu yang mereka baca, atau dengar, atau bisa juga yang mereka pelajari sebagai dasar mendirikan aliran itu. Berkaitan dengan hal ini, saya pernah mendengar kisah menarik dari seorang guru Agama Islam saya (Bapak Drs. As’at Malik, sekarang Wabup Lumajang). Beliau adalah seorang yang bisa dikatakan cukup taat dan mengerti tentang berbagai seluk beluk Agama Islam. Suatu ketika, beliau pernah didatangi oleh seseorang, sebut saja si A. Si A ini meminta saran dan nasehat pada guru saya sekaligus mengajak beliau berdiskusi, mengenai suatu aliran yang mengakaji Al-Qur’an. Kebetulan dia sendiri adalah salah satu pendiri aliran tersebut. Setelah melalui beberapa dialog, si A ini mengatakan beberapa hal yang menurut guru saya cukup aneh dalam Agama Islam, seperti hal-hal yang berkaitan dengan ibadah dan prinsip ketuhanan. Sebagai seseorang yang cukup mengerti seluk beluk agama, tentu saja guru saya menjadi kaget. Beliau segera bertanya mengenai sumber-sumber yang menjadi dasar pendapat si A tadi. Si A dengan yakin menunjuk ayat al-Qur’an yang menjadi dasar pendapatnya disertai terjemahannya. Kemudian guru saya bertanya, sudahkah anda memahamai isi dan mempelajari berbagai kitab tafsir Al-Qur’an di pesantren ? si A menjawab tidak. Guru saya bertanya lagi, sudahkah anda mempelajari kitab-kitab hadits dan kitab-kitab yang menerangkan asbabun nuzulnya suatu ayat dalam Al-Qur’an? Si A kembali menjawab tidak. Kemudian guru saya bertanya atas dasar apa dia menyimpulkan tafsir ayat al-Qur’an itu? Dengan Pe-Denya dia menjawab,”Ya dari penyimpulan logika saya sendiri dong pak!”. Guru saya menjadi tertawa. Beliau lalu menasihati si A, bahwa ayat Al-Qur’an itu tidak boleh diterjemahkan atas dasar kita sendiri, tetapi juga harus ditinjau dari sisi asbabun nuzulnya, mengacu pada tafsir dari ulama yang diakui, dan berbagai sumber lainnya, sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam memahami isi Al-Qur’an. Setelah beberapa penjelasan, Alhamdulillah guru saya berhasil meluruskan jalan pikiran orang itu dan menjadikan dia mengerti maksud sebenarnya dari ayat Al-Qur’an yang dia tafsirkan sendiri tadi. Orang itu kemudian membubarkan aliran Kajian Qur’an yang telah ia dirikan dan memulai untuk belajar ilmu tafsir Al-Qur’an di pesantren yang sebenarnya.

Nah, jika dilihat dari sisi para pengikut aliran, cukup banyak sekali factor-faktor yang menyebabkan mereka menjadi pengikut aliran sesat tersebut. Misalnya karena diberi upah atau imbalan, karena salah persepsi dalam mempelajari sesuatu seperti yang telah diungkapkan diatas, atau bisa juga karena kurangnya pengetahuan. Dan yang paling berbahaya dari semua factor penyebab diatas adalh krisis iman. Mengapa? Karena keimanan itu sendiri adalah benteng kita sebagai umat muslim. Jika kekuatan benteng semakin melemah, tentu akan menjadi rapuh dan mudah roboh ketika diserang bukan? Logikanya seperti ini, dalam kehidupan sehari-hari jika kita tidak percaya kepada seseorang, walaupun dia adalah seorang yang dekat dengan kita sebelumnya, kita pasti akan memilih untuk meninggalkannya dan mencari teman lain, meski belum tentu teman yang kita temukan nantinya adalah teman yang baik. Begitu pula jika kita sudah tidak percaya terhadap agama kita sendiri sebagai pedoman hidup, kita pasti akan berpikir untuk meninggalkannya dan mencari agama lain. Memang tidak seratus persen kesimpulan saya diatas benar, tetapi logikanya ya seperti itu. Kita sering dirundung oleh berbagai masalah dalam kehidupan kita. Baik secara sadar ataupun tidak, masalah tersebut bisa jadi mengurangi kepercayaan kita kepada Tuhan. Oleh karenanya kita jangan selalu berfikir negatif pada Tuhan kita. Berfikirlah positif, karena Tuhan itu menyesuaikan dengan prasangka hambanya.

Terus, bagaimana dong cara kita gara kita menjadi benar-benar yakin atas agama kita dan tidak berpikir untuk mencari agama atau aliran lain? Caranya cukup simple, kita cukup menanmkan hal-hal di bawah ini pada pikiran kita :
1. Yakinlah bahwa agama Islam adalah agama yang paling benar dan diridhoi oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an sudah disebutkan di surat Al-Baqarah ayat 132 dan Ali Imran ayat 169. Jadi, kita tidak perlu susah-susah mencari agama lain. Sudah cukup Islam sebagai Agama yang tidak akan membuat kita dirugikan di Akhirat nanti, amin.
2. Tuhan kita itu hanyalah satu. Allah SWT. Dialah yang Esa dan yang Maha Kuasa. Tiada yang pantas disekutukan dengannya. Bisa kita simak di Al-Qur’an surat Al-Ikhlas ayat 1 dan An-Nahl ayat 22. Oleh karena itu, segala macam bentuk Aliran yang ‘menawarkan’ Tuhan selaian Allah kepada kita patut dimasukkan ke dalam blacklist.
3. Nabi Muhammad SAW adalah Rasul terakhir yang diutus Allah bagi seluruh umat manusia. Sudah dijelaskan oleh Allah dalam firmanNya di surat Al-Ahzab ayat 40. Jadi, jikalau ada orang yang mengaku-ngaku mendapat wahyu dari Allah, dan bahkan berani menyatakan diri sebagai seorang Rasul, bisa dipastikan dia atau mereka adalah PEMBOHONG BESAR.
4. Ingat, hanya orang kafir saja yang mempersekutukan Allah dengan yang lain. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam surat Al-An’am ayat 1, Al-Ahqaf ayat 46. Kita sebagai umat muslim dilarang melakukan tindakan yang berbau syirik, termasuk mengakui adanya Tuhan selain Allah. Apabila kita membenarkan akan kedudukan seseorang dalam suatu aliran itu sebagai seorang TUHAN, sama saja kita telah berbuat SYIRIK. Dan hukumannya, tentu saja kita akan dimasukkan ke dalam Neraka tanpa adanya kesempatan untuk keluar dari sana.

Mudah-mudahan, apa yang saya sampaikan ini bisa menjadikan kita lebih waspada dan berhati-hati dalam memilih suatu aliran atau ajaran yang mengatsnamakan Islam. Semoga Allah selalu memberi petunjuk pada kita semua, Amin Ya Robbal Alamiin.

0 komentar:

Posting Komentar

Buat Nambah Uang Jajan