AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP MANUSIA

طس تِلْكَ آيَاتُ الْقُرْآنِ وَكِتَابٍ مُبِينٍ (١)هُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ (٢)

1. Thaa Siin[1090] (Surat) ini adalah ayat-ayat Al Quran, dan (ayat-ayat) kitab yang menjelaskan,
2. untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman,
(QS. An-Naml, 1-2)


Al Qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah ke bumi, sebagai penyempurna dari kityab-kitab terdahulu, yang keasliannya selalu terjaga sepanjang zaman. Sebagai sebuah kitab, Al-Qur’an berkedudukan sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia, terutama seorang muslim. Benarkah kita sudah mengamalkan sisi dari apa yang terdapat dalam Al-Qur’an tersebut? Ataukah kita hanya sekedar membacanya saja?

Sungguh sayang sekali jikalau kita hanya menjadikan Al-Qur’an ini hanya sebagai sebuah bacaan semata, apalagi oleh umat muslim pada umumnya. Padahal, hampir dari seluruh orang-orang yang menjadi seorang muallaf, menerima hidayah setelah mereka mengetahui isi dan kandungan dari ayat-ayat Al-Qur’an. Merngapa hal tersebut bisa terjadi?

وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ (٤)

4. dan Sesungguhnya Al Quran itu dalam Induk Al kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar Tinggi (nilainya) dan Amat banyak mengandung hikmah. (QS Az-Zukhruf, 4)

Ya, karena Al-Qur’an merupakan kitab yang banyak mengandung hikmah, dalam segala hal. Mulai dari ilmu pengetahuan hingga kehidupan social, hamper semuanya tercantum dalam kumpulan ayat-ayat al-Qur’an.

Allah mernurunkan Al-Qur’an, karena Dia-lah Ar-Rahman dan Ar-Rahim, dikarenakan sifat penyayangnya pada umat manusia, agar manusia bisa mengerti, apa yang seharusnya mereka lakukan, dan apa yang seharusnya mereka jauhi, sehingga manusia bisa selamat dalam meniti jalannya di dunia maupun di akhirat dengan selamat.

وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لا تَشْعُرُونَ (٥٥)

55. dan ikutilah Sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, (QS. Az-Zumar, 55)


Oleh karena itu saudaraku umat muslim sekalian, selama kita masih diberi kesempatan oleh Allah, mari kita gunakan kesempatan tersebut sebaik-baiknya. Mari kita cintai Al-Qur’an kita, dan mari kita mempelajari isi dan kandungannya. Niscaya, Allah akan senantiasa memberikan petunjuk bagi kita. Semoga apa yang saya sampaikan disini dapat memberi manfaat, amiin…

Readmore »»

MARI KITA BERANTAS RASA MALAS DALAM HIDUP KITA

Malas, adalah rasa enggan untuk melakukan sesuatu, atau menggapai sesuatu hal yang kita inginkan. Sebagai seorang manusia, sudah lumrah tentunya bila kita dihinggapi adalah rasa malas. Banyak hal yan bisa memunculkan rasa malas di hati kita ini. Sebagai contoh, adalah kita terlalu sering berkutat dengan imajinasi kita yang terlalu tinggi, sehingga kita hanya bisa berharap dan berharap, namun kita sama sekali tidak bisa mengupayakan untuk mencapai sesuatu yang sangat kita impikan tersebut. Bisa juga kita pernah mengalami kegagalan yang terjadi berulang kali, sehingga menjadikan kita malas untuk kembali menggapai cita-cita atau tujuan yang sedang kita kejar.


Saudaraku muslimin sekalian, kita semua harus tahu bahwa rasa malas tidak akan bisa membawa kita keluar dari permasalahan yang sedang menghimpit kita. Kita juga harus tahu bahwa rasa malas tidak akan membawa kita menuju cita-cita yang sudah lama kita impikan. Yang ada hanyalah rasa malas tersebut menghambat perkembangan diri kita, dan menahan kemmpuan kita untuk terus maju dan berkembang. Kita patut bersyukur, karena meskipun takdir dalam hidup kita ini sudah ditentukan oleh Allah, Allah masih bermurah hati memberikan kita kemauan untuk berkehendak, kemauan untuk menggapai asa dan harapan. Sesuai dengan firman Allah dalam surah Ar-Ra’du :

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ (١١)

11. bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Usaha, itulah yang diperlukan untuk merubah nasib kita. Bukanlah sekedar berpangku tangan dan pasrah pada takdir kita. Tiada salahnya kita bermimpi, dan berharap untuk merengkuh kesuksesan ataupun keberhasilan. Namun kita harus ingat, bahwa kesuksesan itu tidak akan pernah kita genggam selama kita tidak berusaha untuk mengejar dan mendatanginya.

Berkaitan dengan topic yang tengah saya uraikan disini, terdapat sebuah kisah mengenai peristiwa yang dialami oleh Imam Abu Hanifah. Suatu ketika, beliau menyusuri sebuah rumah, dan terdengar seseorang mengeluh akan nasibnya yang belum makan sejak pagi hari. Mendengra keluhan itu, maka Imam Abu Hanifah merasa iba. Beliau lalu melemparkan sebuah bungkusan ke jndela rumah itu berisi sejumlah uang, disertai secarik kertas.Orang itu menjadi terkejut dan merasa senang sekali ketika membuka bungkusan itu. Kemudian, ia membuka lipatan kertas tersebut dan membaca isinya, “Hai manusia, sungguh tidak wajar kamu mengeluh seperti it, kamu tidak perlu mengeluh dengan nasibmu. Ingatlah pada kemurahan Allah dan jangan berhentyi memohon kepada –Nya dengan bersungguh-sungguh. Jangan suka bertputus asa hai kawan, tetapi berusahalah terus.”.

Keesokan harinya, ketika Imam Abu Hanifah melewati tempat yang sama, beliau kembali mendengar rintihan dari orang tersebut, yang intinya memohon agar ia diberi sebungkus uang seperti hari kemarin. Imam Abu Hanifah kembali melemparkan sebungkus uang disertai secarik kertas. Orang itu dengan gembira mengambil bungkusan tersebut dan membaca secarik kertas yang dilemparkan oleh Imam Abu Hanifah tadi. Tulisan tersebut berbunyi,”Hai kawan, bukan begitu cara memohon, bukan demikian cara berikhtiar. Perbuatan demikian ‘malas’ namnya. Putus asa pada kebenaran dan kekuasaan Allah. Sungguh Allah tidak senang melihat orang pemalas dan putus asa, enggan bekerja untuk keselamatan dirinya. Hendaklah engkau senang bekerja dan berusaha karena kesenangn itu tidak datang sendiri tanpa dicari dan diusahakan. Allah tidak akan mengabulkan permohonan orang yang malas bekerja.Allah tidak akan mengabulkan permohonan orang yang berputus asa. Sebab itu carilah pekerjaan yang halal untuk kesenangan dirimu.Berikhtiarlah sedapat mungkin dengan pertolongan Allah. Insya Allah kamu akan mendapat rezeki selama kamu tidak berputus asa. Nah,… carilah segera pekerjaan. Saya akan berdoa, semoga engkau sukses.”.

Setelah membaca isi kertas itu, ia termenung, insyaf, dan sadar akan kemalasannya. Selama ini dia tidak mau berusaha. Sejak harim itu, sikapnya pun berubah mengikuti peraturan-peraturan hidup dan tidak melupakan nasihat dari Imam Abu Hanifah tersebut.

Dari sepenggal kisah diatas, bisa kita simpulkan bahwa sesungguhnya kemalasan tidak akan membawa perubahan, melainkan diperlukan ikhtiar dan usaha keras, agar kita bisa merubah nasib. Demikian, semoga apa yang bisa saya sampaikan ini bisa memberi manfaat, amiin…

Readmore »»

Panduan Melakukan Shalat Menurut Sunnah

Shalat menurut Islam adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat dan rukun tertentu. Shalat merupakan ibadah istimewa yang disyariatkan oleh ummat Islam. Istimewa karena perintah shalat diterima langsung oleh Allah SWT, dan juga karena shalat merupakan ibadah yang hanya disyariatkan untuk ummat nabi Muhammad.

Shalat adalah ibadah mahdhah, yakni merupakan ibadah langsung kepada Allah SWT yang tata caranya sudah ditetapkan dalam al-Qur’an dan sunah Rasul. Oleh karenanya, dalam pelaksanannanya kita harus mendasari pada dua hal. Pertama, shalat harus semata-mata karena Allah. Kedua, shalat harus dilaksanakan sesuai syariat dan aturan yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW. Shalat yang dilaksanakan atas kehendak sendiri dan mengada-ada, maka dinyatakan shalat tersebut batal/ tidak sah.

Berikut ini akan saya uraikan mengenai tatacara shalat yang keterangannya merujuk pada beberapa sumber :



1. Berdiri tegak lurus menghadap kiblat, dan mengukuhkan niat dalam hati untuk melaksanakan shalat karena Allah SWT. Berdiri tegak hukumnya wajib bagi yang mampu. Ketika berdiri hendaknya kita memperhartikan hal-hal sebagai berikut.
a. Menghadapkan seluruh badan dan wajah kea rah kiblat
b. Pandangan mata diarahkan ke temapat sujud. Harus dijaga jangan samapai sekali-kali menengok ke bawah, atas, kanan atau kiri.
c. Kedua belah kaki direnggangkan dengan tidak terlalu lebar, kira-kira satu jengkal tangan kita

2. Mengangkat kedua tangan seraya mengucapkan takbiratul ihram “Allahu Akbar”. Kedua belah tangan diangkat sejajar dengan bahu, telapak tangan dihadapkan ke arah kiblat, jari-jari tangan lurus, dan ibu jari disejajarkan dengan daun telinga.

3. Dilanjutkan dengan meletakkan tangan kanan di tas tangan kiri, keduanya tepat menempel di atas ulu hati (antara dada dan perut)

4. Kemudian dilanjutkan denagn membaca doa iftitah sebagai berikut :

Kabiraw walhamdulillahi katsiraw wa subhanallahi bukrataw wa ashiila. Innii Wjjahtu Wajhiya lilladzii fatharassamaawaati wal ardha haniifam muslimaw wamaa ana minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wamah yaaya wamamaatii lillahi rabbil ‘aalamin. Laa syarikalahu wabidzalika umirtu wa ma ana minal muslimin.

5. Membaca surat al-Fatihah diawali dengan bacaan ta’awudz :

A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (١)الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٢)الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (٣)مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (٤)إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (٥)اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦)صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (٧)

1. dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
2. segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. yang menguasai di hari Pembalasan
5. hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.
6. Tunjukilah Kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

6. Setelah membaca surah al-fatihah dilabjutkan dengan membaca slah satu ayat atau surah dari Al-Qur’an yang lain menurut kemampuannya. Contohnya surah Al-Ikhlas :

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (١)اللَّهُ الصَّمَدُ (٢)لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (٣)وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (٤)

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

7. Kemudian rukuk, diawali dengan mengangkat kedua belah tangan seperti ketika takbiratul Ihram dengan mengucapkan takbir “Allahu Akbar”. Ketika rukuk, posisi punggung dan kepala sejajar membentuk garis lurus. Kedua telapak tangan berada tepat di lutut. Kedua lengan tanagn diupayakan selurus mungkin. Ketika rukuk, kita membaca : Subhana robbiyal azhiimi wabihamdihi.

8. I’tidal, yakni berdiri tegak dari rukuk seraya mengangkat kedua belah tangan seperti ketika takbiratul ihram sambil mengucapkan : Samiallaahu liman hamidah. Dilanjutkan dengan membaca : Rabbana walakal hamdu wamil us samaawaati wa mil ul ardhi wamil-u maa syi’ta min syai-im ba’du.

9. Sujud seraya mengucapkan takbir. Sujud yang benar adalah :
a. Meletakkan kedua lutut dan jemari kedua kaki di atas sajadah.
b. Disusul meletakkan kedua telapak tangan di atas sajadah, diteruskan merapatkan dahi dan hidung di atas sajadah. Posisi kedua telapak tangan sejajar dengan pundak.
c. Meregangkan kedua tealapak tangan dari lambung dan siku terangkat k etas, tidak boleh menempel di lantai.
d. Bila sujud telah dirasa sempurna, diteruskan dengan membaca bacaan : Subhaana robbiyal a’laa wa bihamdihi

10. Bangkit dari sujud untuk melakukan duduk iftirasy (duduk diantara dua sujud) sambil mengucapkan takbir “Allahu Akbar”. Cara duduk yang benar ialah :
a. Duduk diatas telapak kaki kiri sedangkan kaki kanan bertumpu pada ujung jari-jari yang dilipat ke bawah.
b. Kedua tealapak tangan diletakkan di atas kedua lutut lalu membaca doa : Allahummaghfirlii warhamnii wajburnii wahdinii warzuqnii wahdinii wa’aafinii wa’fuannii.

11. Kemudian sujud kembali dengan membaca takbir “Allahu Akbar”. Cara dan bacaan pada sujud kedua ini sama dengan sujud yang pertama.

12. Sujud kedua selesai dilakukan, kemudian berdiri kembali unutk melaksanakan rakkat kedua yang diiringi bacaan takbir “Allahu Akbar”. Lakukan seperti sikap semula sesudah takbiratul ihram pada rakaat pertama, yakni meletakkan kedua telapak tangan di atas dada (bersedekap). Selanjutnya tanpa membaca doa iftitah langsung membaca al-fatihah dan salah satu surah dari Al-Qur’an.

13. Selesai membaca salah satu ayat/ surah qur’an, kemudian rukuk seraya membaca takbir. Cara dan bacaannya sama dengan rukuk pada rakaat pertama.

14. Kemudian I’tidal yang cara dan bacaannya sama dengan I’tidal di rakaat pertama.

15. Kemudian sujud dengan diiringi bacaan takbir. Cara dan bacaannya seperti pada rakaat pertama

16. Bangkit dari sujud diiringi takbir untuk melakukan duduk iftirasy, cara dan bacaannya sama dengan duduk iftirasy sebelumnya.

17. Selanjutnya sujud kembali diiringi bacaan takbir. Cara dan bacaannya sama dengan sujud-sujud sebelumnya.

18. Setelah itu, bangun dari sujud untuk melakukan duduk tasyahud awal pada rakaat kedua. Caranya :
a. Duduk iftirasy, ytakni duduk diatas telapak kaki kiri, sedangkan kaki kanan bertumpu pada ujung jari yang di lipat ke bawah
b. Jari telunjuk kanan di acungkan sementara jari-jari lain menggenggam
c. Telapak tangan kiri di letakkan diatas lutut kiri
d. Membaca doa tasyahud sebagai berikut :
Attahiyyaatul mubaarakaatus shalawaatuth thayyibaatulillaah, assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wabarakaatuh. Assalaamu’alainaa wa’alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin. Asyahadu allaa ilaaha ilallaahu wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah.

19. Dilanjutkan membaca shalawat sebagai berikut :
Allaahumma shalli ‘alaa muhammadin wa ‘alaa muhammadin wa ‘alaa alii Muhammad, kama shallaita ‘alaa ibrahiima wa aali ibrahiim, wa baarik ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa barakta ‘alaa ibraahiima wa aali ibraahiim, innaka hamiidum majid.

20. Bangkit dari tasyahud awal, dan berdiri disertai takbir untuk melaksanakan rakaat ketiga seperti cara-cara sebelumnya

21. Melakukan duduk tasyahud akhir pada rakaat ketiga (shalat magrib) atau pada rakaat keempat untuk shalat zhuhur, ashar, dan isya’. Caranya :
a. Duduk tawwaruq, yakni duduk dengan menyilangkan kaki kiri di bawah kaki kanan, sedangkan kaki kanan bertumpu di ujung jari yang dilipat ke bawah menghadap kiblat.
b. Mengacungkan jari seperti pada cara pelaksanaan tasyahud awal.
c. Membaca doa tasyahud seperti pada pelaksanaan tasyahud awal.

22. Setelah membaca shalawat seperti pada tasyahud awal, membaca doa sebagai berikut : Innaaka hamiidum majiid.


23. Salam. Setelah selesai membaca doa diatas dilanjutkan dengan membaca salam dengan ketentuan :
a. Mengucap salam seraya telunjuk jari kanan ditarik kembali dan menoleh ke arah kanan hingga pipi kanan kelihatan seluruhnya dari belakang
b. Diteruskan dengan mengucapkan salam kembali seraya menoleh kea rah pipi kiri hingga pipi kiri keliharan dari belakang
c. Bacaan salam adalah : Assalamu’alaikum warahma-tullahi wabarakaatuh.

Readmore »»

Perlukah Kita Merayakan Valentine?

Hari Valentine, yang dikenal sebagai Hari Kasih Sayang adalah sesuatu yang amat tak asing bagi kita semua, tak terkecuali pada saudara muslim kita yang masih dalam tahap remaja. Bahkan banyak diantara remaja mulsim kita yang turut mengikuti perayaan ini, padahal tidak ada anjuran dalam Al-Qur’an untuk mengikuti perayaan ini. Berikut ini saya akan mengulas sedikit sejarah mengenai sejarah dan asal-usul Valentine’s Day ini.

Asal Usul
Perayaan ini termasuk salah satu hari raya bangsa Romawi penyembah berhala, yang sebenarnya perayaan ini adalah perwujudan cinta mereka kepada dewa-dewa sesembahan mereka. Kisah yang paling terkenal dari sejarah valentine ini adalah kisah Romulus yang merupakan pendiri kota Roma, yang konon disusui oleh serigala ketika masih kecil. Kemudian bansa Rmawoi memperingati peristiwa ini pada pertengahan bulan Februari setiap tahun dengan perayaan yang megah.

Versi lain menyatakan, nbahwa di kerajaan Romawi dulu terdapat seorang kaisar bernama Claudius II, yang bermusuhan dengan penyebar agama Nasrani St Valentine. Sang kaisar berulangkali memaksanya untuk meninggalkan agam Nasrani dan kembali pada agama paganis Romawi. Namun St Valentine menolak dan tetap berpegan pada ajaran agama Nasrani. Ia dibunuh oleh tentara Romawi pada 14 Februari 270 M, bertepatan dengan hari raya paganis Romawi Lupercalia. Sampai saat bangsa Romawi memeluk Nasrani, mereka tetap meryakan hari raya tersebut, hanya saja mereka menggantinya dengan peringatan hari terbunuhnya Valentine untuk mengenangnya.

Yang perlu Diperhatikan
Saudaraku umat muslim sekalian, jika kita perhatikan masalah yang diulas diatas, maka kita kan mendapati hal-hal berikut :
1. Asal perayaan ini adalah ahri raya Paganis Romawi, sebagai bentuk ungkapan rasa cinta kepada berhala sesembahan mereka selain Allah. Sementara, didalam islam, sudah jelas bahwa kita dilarang untuk menyembah berhala, dan ideologi paganisme Romawi adalah bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, apabila kita ikut-ikut merayakannya, sudah tentu kita juga merayakan momen pengagungan dan penyembahan berhala (syirik). Hal tersebut dapat kita perjelas lagi dengan mengutip firman Allah :

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (٧٢)


72. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", Padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.

2. Awal mula perayaan ini adalah terkait dengan kisah khurafat yang tidak bisa diterima oleh akal sehat, apalagi akal seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT dan para RasulNya.
3. Diantara syiar perayaan sesat inio terdapat ritual penyembelihan anjing dan domba betina yang darahnya dilumurkan kepada dua pemuda, kemudian dimulai pawai besar dengan kedua pemuda tadi melumuri segala sesuatu yang mereka jumpai. Para wanita romawi dengan senang hati menerima lumuran darah tersebut, dengan keyakinan untuk memperoleh kesuburan dan dapat melahirkan dengan mudah. Orang yang berfitrah lurus tentu akan menjauhi hal-hal semacam ini.
4. Keterkaitan St. Valentine dngan perayaan ini diperselisihkan. Bahkan terdapat beberpa literature yang mergaukan kebenaran kisah tersebut. Dan bila benar perayaan ini terkait dengan pembunuhan St. Valentine, lalu apa hubungannya umat muslim dengan St Valentine yang notabene seorang Nasrani sehingga harus ikut-ikutan merayakan Hari raya ini?
5. Para pemuka Nasrani telah menentang perayaan ini pada masa mereka karena telah menimbulkan kerusakan akhlaq pemuda dan pemudi akibat perayaan ini, amak dilaranglah perayaan ini di puat Katolik Vatikan, Italia.


Dengan demikian, sudah jelaslah bahwa kita sebgai umat muslim tidak perlu ikut merayakan perayaan ini, karena Hari raya Valentine sama sekali tidak dianjurkan di dalam agama Islam, dan hendaknya kita ajak pada saudara-saudara dan kerabat dekat kita untuk turut menjauhi perayaan ini, sehingga kita semua dapat menghindari laknat Allah akibat turut mempersekutukannya secara tidak langsung melalui peringatan hari raya Valentine ini.

Readmore »»

Sejarah Asal-Usul Umat Yahudi

Nabi Ibrahim as dilahirkan dan tumbuh di negeri Babilonia, suatu negeri yang pada saat itu penduduknya melakukan berbagai bentuk kemusyrikan, seperti menyembah batu, berhala, bintang. Semua penduduknya pada saat itu mengingkari Allah swt kecuali Ibrahim, istrinya dan keponakannya (Luth).

Berbagai upaya dilakukan olehnya untuk mendawahi mereka agar menyembah Allah swt termasuk terhadap ayahnya sendiri dengan menjelaskan kepada mereka bahwa apa yang mereka sembah tidaklah bisa memberikan manfaat ataupun mudharat sedikit pun.
Ketika Ibrahim merasa bahwa da’wahnya kurang disambut maka mereka berpindah ke negeri Syam (Palestina) dan menetap di daerah Nablus. Dan pada saat Palestina diterpa musibah kelaparan dan biaya hidup begitu tinggi maka mereka berpindah ke negeri Mesir. Dari Mesir mereka kembali lagi ke Palestina.
Pada saat di Mesir, Ibrahim mendapatkan hadiah dari Fir’aun Mesir seorang budak wanita yang bernama Hajar. Dan dari Hajar beliau as mendapatkan Ismail yang kemudian dibawa oleh Ibrahim ke Mekah.
Sementara dari Sarah, Ibrahim mendapatkan Ishaq pada usianya yang menginjak 100 tahun setelah 14 tahun kelahiran Ismail. Kemudian Ishaq menikah dengan Rifqo binti Batwail di usia 40 tahun dan Ibrahim pada saat itu masih hidup. Dari Batwail ini, beliau mendapatkan anak kembar yang bernama ‘Aishu dan Ya’qub.
Allah memberikan kepada Ya’qub 12 orang anak, yaitu : Ruwaibil, Syam’un, Luwa, Yahudza, Isakhar, Zailun, Yusuf, Benyamin, Dan, Naftli, Had dan Asyir. Sementara yang paling dicintai oleh Ya’qub adalah Yusuf. Hal ini membuat cemburu saudara-saudaranya yang akhirnya mereka bersepakat untuk membuangnya ke sumur yang ditemukan oleh sekelompok musafir dan dijadikan barang dagangan. Yusuf kemudian dibeli oleh seorang penguasa Mesir dan istrinya dengan harga 20 dirham. Di negeri Mesir, Yusuf mendapatkan kesuksesan dengan menjadi bendaharawan negara dan ia pun mengajak ayah dan saudara-saudaranya untuk berpindah ke Mesir.
Ketika Mesir berada dalam puncak kezhaliman yang dilakukan oleh Fir’aun terhadap orang-orang Bani Israil dengan menyembelih anak-anak lakinya dan membiarkan hidup anak-anak perempuan kemudian Allah swt mengutus Musa as dan Harun untuk menda’wahi Fir’aun.
Upaya Musa dan Harun ini pun mendapat perlawanan yang luar biasa dan keras dari Fir’aun dan para tukang sihirnya sehingga Musa dan orang-orang yang beriman kepadanya melarikan diri. Pelarian diri mereka pun dikejar oleh Fir’aun dan tentaranya hingga sampai ke tepi lautan. Allah memerintahkan Musa untuk memukulkan tongkatnya ke lautan sehingga terdapat jalan untuk bisa dilintasi oleh Musa dan orang-orang yang beriman sehingga selamat sampai di tepian, dan ketika Fir’aun serta tentaranya yang ada di belakang mereka memasuki jalan tersebut maka Musa memukulkan kembali tongkatnya ke lautan sehingga lautan itu menjadi seperti sedia kala dan menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya.
Kemudian Allah swt memerintahkan Musa dan orang-orang yang bersamanya untuk keluar dari Mesir dan menuju Baitul Maqdis (Palestina). Di negeri ini, Musa mendapatkan suatu kaum yang kuat dan gagah dari keturunan al Haitsaniyin, al Fazariyin dan al Kan’aniyin dan yang lainnya. Musa pun memerintahkan para pengikutnya untuk memasukinya serta memerangi mereka namun mereka semua enggan dan tidak mau menuruti perintah nabinya sehingga Allah menyesatkan mereka semua selama 40 tahun.
Pada masa 40 tahu didalam kesesatan ini Musa dan Harun meninggal dunia sehingga kepeminpinan Bani Israil dipegang oleh Yusa’ bin Nuun yang kemudian berhasil menundukkan Baitul Maqdis.
Setelah orang-orang Bani Israil menetap di Palestina, mereka mengalami tiga masa secara berturut-turut :
1. Masa Kehakiman; dimana kebanyakan keturunan mereka mengembalikan segala putusan dari perkara yang diperselisihkan diantara mereka kepada satu orang hakim. Masa ini berlangsung hingga sekitar 400 tahun.
2. Masa Menjadi Raja; sebagaimana firman Allah swt didalam surat al Baqoroh ayat 246 – 252. Allah menjadikan Thalut sebagai raja, kemudian Daud dan Sulaiman as.
3. Masa Perpecahan; yaitu pada masa setelah Sulaiman as terjadi perselisihan antara Rahbi’an bin Sulaiman dengan Yarbi’an bin Nabat. Kemudian Rahbi’an dan keturunan Yahudza serta Benyamin mendirikan negara yang bernama Negara Yahudza yang dinisbahkan kepada Yahudza dari keturunan Daud dan Sulaiman. Ibu kota negara ini di Baitul Maqdis.
Sedangkan Yarbi’an bin Nabath dengan 10 keturunan yang tersisa mendirikan negara Israil di sebelah Palestina bagian utara dengan ibu kotanya adalah Nablus. Merekalah orang-orang yang kemudian dinamakan dengan Syamir yang dinisbahkan kepada gunug di sana yang bernama Syamir.
Pada tahun 722 SM, negara Israil jatuh ke tangan orang-orang Asyuri dibawah pimpinan raja mereka yang bernama Sarjun sedangkan negara Yahuza jatuh ke tangan orang-oang Fira’unah pada tahun 603 SM.
Pada kira-kira tahun 586 SM Bukhtanshar (Nebukat Nashar), raja Babilonia berhasil menduduki Palestina dan mengusir orang-orang Fira’unah serta menghancurkan negara Yahudza dan memenjarakan orang-orang Yahudi serta membawanya ke Babilonia, yang kemudian dikenal dengan ‘Tawanan Bailonia’
Pada tahun 538 SM, raja Parsia yang bernama Kursy berhasil menaklukan Babilonia sehingga melepaskan para tawanan Yahudi dan sebagian dari mereka kembali lagi ke Palestina.
Pada tahun 135 SM, orang-orang Romawi pada masa kepemimpinan Adryan berhasil memadamkan revolusi yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi sehingga menghancurkan negeri. Orang-orang Romawi berhasil mengusir mereka (Yahudi) dari sana dan menjadikan mereka terpecah-pecah di berbagai tempat di bumi. Sebagaimana firman Allah swt
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَن يَسُومُهُمْ سُوءَ الْعَذَابِ إِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الأَرْضِ أُمَمًا مِّنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa Sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksa-Nya, dan Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS. Al A’raf : 167 – 168)
Pada saat Palestina dibawah kekuasan Romawi ini, Allah swt mengutus Isa as sebagai Rasul kepada Bani Israil, sebagaimana firman Allah swt “Seorang rasul kepada Bani Israil” yang mengajak mereka untuk memperbaiki berbagai kerusakan. Seruan ini disambut oleh sebagian orang-orang Yahudi. Dan orang-orang Yahudi terpecah menjadi dua, sebagaimana diberitakan Allah swt ;

فَآَمَنَت طَّائِفَةٌ مِّن بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَت طَّائِفَةٌ

Artinya : “lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir.” (QS. Ash Shaff : 14)
Golongan yang pertama adalah orang-orang Nasrani sedangkan yang kedua adalah Yahudi.
Para tukang tenung dan ulama Yahudi mendatangi Raja Romawi agar menangkap dan membunuh Isa as yang kemudian permintaan ini disambut oleh raja, namun Allah swt mengangkat Isa dan menggantikannya dengan orang yang mirip dengannya yang kemudian disalib, firman Allah swt :
إِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ

Artinya : “(ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, Sesungguhnya aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku.” (QS. Al Imran : 55)
Artinya : “dan karena Ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (QS. An Nisaa : 157) (Disarikan dari Al Bidayah wan Nihayah dan majdah.maktoob.com)
Kaum Muslimin Lebih Berhak Atas Yahudi Terhadap Palestina
Terhadap bumi Palestina maka kaum muslimin lebih berhak dibandingkan orang-orang Yahudi dikarenakan beberapa alasan :
1. Sesungguhnya kaum musliminlah yang membebaskan Al Quds (Yerusalem) dari kehancuran yang dilakukan oleh orang-orang Romawi. Kaum muslimin tidak merebutnya dari orang-orang Yahudi. Setelah menguasai Palestina justru kaum muslimin menjaga gereja-gereja dan tempat-tempat ibadah mereka.
2. Selama 12 abad kaum muslimin berada di Palestina dan menjadikan Baitul Maqdis sebagai ibu kota bagi mereka dan menjalani pemerintahan dengan cara-cara syari’ah serta menyirami buminya dengan berbagai kebaikan dan penuh ibadah kepada Allah swt. Mereka tidak pernah meruntuhkan kota atau membakarnya, mereka tidak pernah mengusir penduduknya yang non muslim bahkan mereka semua dapat hidup dengan rasa aman selama pemerintahan islam.
3. Orang-orang Israil tidak mungkin bisa melakukan semua yang telah dilakukan pemerintahan islam disana, yang telah menyinarinya dengan berbagai kebaikan dan toleransi yang tinggi. Kaum muslimin melakukan itu semua dikarenakan aqidah dan keimanan mereka kepada para nabi Allah sementara orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang tidak mengimani risalah Isa dan juga Muhammad. (Al Quds Asy Syarif Haqoiqut Tarikh hal 4 -5)
4. Risalah Muhammad saw adalah risalah yang meneruskan nabi-nabi termasuk Ibrahim, Ishaq, Yaqu, Musa dan Isa yang mereka semua juga dinamakan oleh Allah swt sebagai oorang-orang yang berserah diri (muslim) sehingga kaum muslimin lebih berhak mewarisi bumi Palestina daripada orang-orang Yahudi saat ini.
Dengan demikian kaum muslimin tidak rela apabila Al Quds diambil alih oleh kaum yang suka melakukan kerusakan di bumi, terlebih lagi akan dibangunanya di sana Negara Palestina.
Wallahu A’alam.

sumber : www.eramuslim.com

Readmore »»

Segala Sesuatu Adalah Didasari Oleh Niat

Saudaraku umat muslim sekalian, niat adalah landasan utama dalam segala perbuatan kita. Rasulullah pernah bersabda : “Bahwa sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat, dan bahwa sesungguhnya bagi setiap orang apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya menuju kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang hijrahnya kerana dunia yang dia mahu mencari habuannya, atau kerana seorang perempuan yang dia mahu kahwininya, maka hijrahnya ke arah perkara yang ditujuinya itu” .


Setiap amal perbuatan kita, sebenarnya bisa menjadi pahala, jika kita mengawalinya dengan niat kepada Allah. Mengapa harus diniatkan karena Allah? Karena jika kita berniat untuk sesuatu yag lain, misalnya untuk kepentingan duniawi, maka yang kita dapat hanyalah hal yang bersifat duniawi saja. Dan yang amat disayangkan adalah kita sama sekali tidak mendapat pahala dari Allah SWT. Jika kita berniat karena Allah, maka setidak-tidaknya kita bisa berharap untuk mendapat pahala dari Allah SWT.

Sebagai contoh kecil, ketika banyak sekali diantara saudara-saudara kita umat muslim yang mengalami kegagalan dalam memenuhi kriteria lulus Ujian Nasional, banyak sekali diantara mereka yang mengalami kekecewaan berat. Mereka begitu sulit sekali untuk menerima kenyataan. Bahkan sampai ada yang bunuh diri. Tentunya jika kita menilik masalah ini dengan lebih terperinci, hal tersebut dikarenakan mereka telah meniatkan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi sejak awal-awal menempuh pendidikan di bangku SMA. Mereka sama sekali lupa bahwa yang menentukan segala sesuatunya adalah Allah SWT. Sehingga ketika pada akhirnya mereka melenceng dari niatan awal mereka, mereka mengalami kekecewaan dan depresi yang mendalam. Hal yang terjadi akan berbeda jika saudara-saudara muslim kita tersebut, meniatkan belajarnya atas nama Allah. Mereka akan berfokus dan memandang bahwa sesungguhnya mereka belajar itu hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Sehingga, jika mereka pada akhirnya mengalami kenyataan terburuk yakni gagal untuk lulus, mereka masih bisa melanjutkan hidup, karena tujuan utama mereka bukanlah untuk sekadar lulus dan melanjutkan ke perguruan tinggi populer, melainkan untuk mengharap ridho dan pahala dari Allah semata.

Demikianlah, saya berharap apa yang saya tuliskan disini dapat dijadikan renungan untuk kita semua, terutama saya pribadi. Semoga kita termasuk dalam golongan hamba-hamba yang mengharapkan ridho Allah semata. Amiin…

Readmore »»

Supaya Shalat Menjadi Khusyuk

Pasti kita semua sebagai seorang muslim, sangat menginginkan sekali agar bisa melaksanakan shalat secara khusyuk. Shalat khusyuk adlah suatu kenikmatan tersendiri, yang hanya bisa diperoleh apabila kita melaksanakan shalat secara bersungguh-sungguh. Tetapi, hal diatas itu masih belum cukup. Mengapa? Karena seringkali diantara kita ketika menjalankan shalat, lupa untuk menghadirkan hati.

Hati adalah faktor yang cukup penting untuk bisa melaksanakan shalat secara khusyuk. Pasti akan sulit sekali untuk berkonsentrasi ketika shalat, apabila hati kita masih berpikir kemana-mana. Hasilnya, tentu saja shalat kita menjadi tidak karuan, yang pada akhirnya kan berujung pada pertanyaan seperti ini : “saya tadi shalat sudah rokaat yang keberapa yah?”.

Nah, pastinya akan amat disayangkan apabila kita sudah susah-susah melaksankan shalat, tetapi amalan shalat kita belum diterima oleh Allah lantaran kita kurang khusyuk dlam menyembahnya. Nah, agar hal tersebut tidak terjadi, maka kita harus mengusahakan bagaimana caranya supaya shalat kita ini bisa menjadi khusyuk. Bagi saudara umat muslim sekalian, saya punya beberpa tips yang mudah-mudahan dapat membantu agar shalat kita menjadi lebih khusyuk. Berikut ini tipsnya :

1. Beranggaplah, bahwa ketika shalat itu Allah sedang berada di depan kita. Jika dirasa sulit untuk membayangkan hal yang demikian, kita harus meyakinkan diri kita, bahwa Allah sedang melihat pelaksanaan shalat kita, sehingga kita akan menjadi lebih berhati-hati dalam pelaksanaan shalat.
2. Memahami makna bacaan. Memahami makna bacaan itu adalah salah satu hal yang penting dalam pelaksanaan shalat. Dengan memahami makna dari surat yang kita baca ketika shalat, tentunya menjadikan surat yang sedang kita baca maknanya akan meresap ke dalam hati.
3. Pahami makan dzikir kita. Ketika kita sedang melakukan rukuk atau sujud, tentunya tak lepas dari dzikir bukan? Nah, kita harus mampu mengetahui makna sebenarnya dari dzikir tersebut. Jadi, dzikir tersebut bukanlah sekedar bacaan di lisan saja, tetapi dimantapkan dengan pengikraran di dalam hati.
4. Memandang tempat sujud. Perhatian kita dalam shalat akan menjadi lebih terpusat apabila kita memandang kea rah tempat sujud. Janganlah terlalu banyak melirik atau memandangkan mata kita kea rah lain, karena hal tersebut menjadikan konsentrasi kita m,enjadi mudah terpecah.
5. Jangan suka mempermainkan anggota badan. Yang saya maksud dengan mempermainkan disini adalah terlalu banyak melakukan pergerakan badan yang tidak perlu. Mengapa, karena hal tersebut merupakan hal yang dimakruhkan oleh rasul, dengan kata lain apabila kita melakukannya, maka pahala shalat kita akan menjadi berkurang.
6. Memanjangkan rukuk dan sujud. Ketika melaksanakan shalat, janganlah kita melakukan rukuk dan sujud itu terlalu cepat. Nikmatilah saat-saat kita menundukkan kepala dan merendahkan diri di hadapan Allah. Terdapat sebuah hadis yang berbunyi : “Sesungguhnya jarak yang paling dekat antara Allah dengan hambanya itu adalah ketika bersujud Oleh karena itu, perbanyaklah doa diwaktu itu.”
7. Menjauhi kebimbangan dalam shalat. Menjadikan manusia bimbang di dalam shalat adalah target setan, untuk menjadikan kita tidak khuyuk dalam menjalankan shalat. Oleh karena itu ketika melaksanakan shalat, usahakan untuk membuang jauh pikiran ragu dan bimbang dalam diri kita, karena hal tersebut akan merusak tatanan urutan ibadah shalat kita.

Sekian dulu tulisan saya kali ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, Amiin…

Readmore »»

Buat Nambah Uang Jajan