AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP MANUSIA

طس تِلْكَ آيَاتُ الْقُرْآنِ وَكِتَابٍ مُبِينٍ (١)هُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ (٢)

1. Thaa Siin[1090] (Surat) ini adalah ayat-ayat Al Quran, dan (ayat-ayat) kitab yang menjelaskan,
2. untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman,
(QS. An-Naml, 1-2)


Al Qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah ke bumi, sebagai penyempurna dari kityab-kitab terdahulu, yang keasliannya selalu terjaga sepanjang zaman. Sebagai sebuah kitab, Al-Qur’an berkedudukan sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia, terutama seorang muslim. Benarkah kita sudah mengamalkan sisi dari apa yang terdapat dalam Al-Qur’an tersebut? Ataukah kita hanya sekedar membacanya saja?

Sungguh sayang sekali jikalau kita hanya menjadikan Al-Qur’an ini hanya sebagai sebuah bacaan semata, apalagi oleh umat muslim pada umumnya. Padahal, hampir dari seluruh orang-orang yang menjadi seorang muallaf, menerima hidayah setelah mereka mengetahui isi dan kandungan dari ayat-ayat Al-Qur’an. Merngapa hal tersebut bisa terjadi?

وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ (٤)

4. dan Sesungguhnya Al Quran itu dalam Induk Al kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar Tinggi (nilainya) dan Amat banyak mengandung hikmah. (QS Az-Zukhruf, 4)

Ya, karena Al-Qur’an merupakan kitab yang banyak mengandung hikmah, dalam segala hal. Mulai dari ilmu pengetahuan hingga kehidupan social, hamper semuanya tercantum dalam kumpulan ayat-ayat al-Qur’an.

Allah mernurunkan Al-Qur’an, karena Dia-lah Ar-Rahman dan Ar-Rahim, dikarenakan sifat penyayangnya pada umat manusia, agar manusia bisa mengerti, apa yang seharusnya mereka lakukan, dan apa yang seharusnya mereka jauhi, sehingga manusia bisa selamat dalam meniti jalannya di dunia maupun di akhirat dengan selamat.

وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لا تَشْعُرُونَ (٥٥)

55. dan ikutilah Sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, (QS. Az-Zumar, 55)


Oleh karena itu saudaraku umat muslim sekalian, selama kita masih diberi kesempatan oleh Allah, mari kita gunakan kesempatan tersebut sebaik-baiknya. Mari kita cintai Al-Qur’an kita, dan mari kita mempelajari isi dan kandungannya. Niscaya, Allah akan senantiasa memberikan petunjuk bagi kita. Semoga apa yang saya sampaikan disini dapat memberi manfaat, amiin…

Readmore »»

MARI KITA BERANTAS RASA MALAS DALAM HIDUP KITA

Malas, adalah rasa enggan untuk melakukan sesuatu, atau menggapai sesuatu hal yang kita inginkan. Sebagai seorang manusia, sudah lumrah tentunya bila kita dihinggapi adalah rasa malas. Banyak hal yan bisa memunculkan rasa malas di hati kita ini. Sebagai contoh, adalah kita terlalu sering berkutat dengan imajinasi kita yang terlalu tinggi, sehingga kita hanya bisa berharap dan berharap, namun kita sama sekali tidak bisa mengupayakan untuk mencapai sesuatu yang sangat kita impikan tersebut. Bisa juga kita pernah mengalami kegagalan yang terjadi berulang kali, sehingga menjadikan kita malas untuk kembali menggapai cita-cita atau tujuan yang sedang kita kejar.


Saudaraku muslimin sekalian, kita semua harus tahu bahwa rasa malas tidak akan bisa membawa kita keluar dari permasalahan yang sedang menghimpit kita. Kita juga harus tahu bahwa rasa malas tidak akan membawa kita menuju cita-cita yang sudah lama kita impikan. Yang ada hanyalah rasa malas tersebut menghambat perkembangan diri kita, dan menahan kemmpuan kita untuk terus maju dan berkembang. Kita patut bersyukur, karena meskipun takdir dalam hidup kita ini sudah ditentukan oleh Allah, Allah masih bermurah hati memberikan kita kemauan untuk berkehendak, kemauan untuk menggapai asa dan harapan. Sesuai dengan firman Allah dalam surah Ar-Ra’du :

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ (١١)

11. bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Usaha, itulah yang diperlukan untuk merubah nasib kita. Bukanlah sekedar berpangku tangan dan pasrah pada takdir kita. Tiada salahnya kita bermimpi, dan berharap untuk merengkuh kesuksesan ataupun keberhasilan. Namun kita harus ingat, bahwa kesuksesan itu tidak akan pernah kita genggam selama kita tidak berusaha untuk mengejar dan mendatanginya.

Berkaitan dengan topic yang tengah saya uraikan disini, terdapat sebuah kisah mengenai peristiwa yang dialami oleh Imam Abu Hanifah. Suatu ketika, beliau menyusuri sebuah rumah, dan terdengar seseorang mengeluh akan nasibnya yang belum makan sejak pagi hari. Mendengra keluhan itu, maka Imam Abu Hanifah merasa iba. Beliau lalu melemparkan sebuah bungkusan ke jndela rumah itu berisi sejumlah uang, disertai secarik kertas.Orang itu menjadi terkejut dan merasa senang sekali ketika membuka bungkusan itu. Kemudian, ia membuka lipatan kertas tersebut dan membaca isinya, “Hai manusia, sungguh tidak wajar kamu mengeluh seperti it, kamu tidak perlu mengeluh dengan nasibmu. Ingatlah pada kemurahan Allah dan jangan berhentyi memohon kepada –Nya dengan bersungguh-sungguh. Jangan suka bertputus asa hai kawan, tetapi berusahalah terus.”.

Keesokan harinya, ketika Imam Abu Hanifah melewati tempat yang sama, beliau kembali mendengar rintihan dari orang tersebut, yang intinya memohon agar ia diberi sebungkus uang seperti hari kemarin. Imam Abu Hanifah kembali melemparkan sebungkus uang disertai secarik kertas. Orang itu dengan gembira mengambil bungkusan tersebut dan membaca secarik kertas yang dilemparkan oleh Imam Abu Hanifah tadi. Tulisan tersebut berbunyi,”Hai kawan, bukan begitu cara memohon, bukan demikian cara berikhtiar. Perbuatan demikian ‘malas’ namnya. Putus asa pada kebenaran dan kekuasaan Allah. Sungguh Allah tidak senang melihat orang pemalas dan putus asa, enggan bekerja untuk keselamatan dirinya. Hendaklah engkau senang bekerja dan berusaha karena kesenangn itu tidak datang sendiri tanpa dicari dan diusahakan. Allah tidak akan mengabulkan permohonan orang yang malas bekerja.Allah tidak akan mengabulkan permohonan orang yang berputus asa. Sebab itu carilah pekerjaan yang halal untuk kesenangan dirimu.Berikhtiarlah sedapat mungkin dengan pertolongan Allah. Insya Allah kamu akan mendapat rezeki selama kamu tidak berputus asa. Nah,… carilah segera pekerjaan. Saya akan berdoa, semoga engkau sukses.”.

Setelah membaca isi kertas itu, ia termenung, insyaf, dan sadar akan kemalasannya. Selama ini dia tidak mau berusaha. Sejak harim itu, sikapnya pun berubah mengikuti peraturan-peraturan hidup dan tidak melupakan nasihat dari Imam Abu Hanifah tersebut.

Dari sepenggal kisah diatas, bisa kita simpulkan bahwa sesungguhnya kemalasan tidak akan membawa perubahan, melainkan diperlukan ikhtiar dan usaha keras, agar kita bisa merubah nasib. Demikian, semoga apa yang bisa saya sampaikan ini bisa memberi manfaat, amiin…

Readmore »»

Panduan Melakukan Shalat Menurut Sunnah

Shalat menurut Islam adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat dan rukun tertentu. Shalat merupakan ibadah istimewa yang disyariatkan oleh ummat Islam. Istimewa karena perintah shalat diterima langsung oleh Allah SWT, dan juga karena shalat merupakan ibadah yang hanya disyariatkan untuk ummat nabi Muhammad.

Shalat adalah ibadah mahdhah, yakni merupakan ibadah langsung kepada Allah SWT yang tata caranya sudah ditetapkan dalam al-Qur’an dan sunah Rasul. Oleh karenanya, dalam pelaksanannanya kita harus mendasari pada dua hal. Pertama, shalat harus semata-mata karena Allah. Kedua, shalat harus dilaksanakan sesuai syariat dan aturan yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW. Shalat yang dilaksanakan atas kehendak sendiri dan mengada-ada, maka dinyatakan shalat tersebut batal/ tidak sah.

Berikut ini akan saya uraikan mengenai tatacara shalat yang keterangannya merujuk pada beberapa sumber :



1. Berdiri tegak lurus menghadap kiblat, dan mengukuhkan niat dalam hati untuk melaksanakan shalat karena Allah SWT. Berdiri tegak hukumnya wajib bagi yang mampu. Ketika berdiri hendaknya kita memperhartikan hal-hal sebagai berikut.
a. Menghadapkan seluruh badan dan wajah kea rah kiblat
b. Pandangan mata diarahkan ke temapat sujud. Harus dijaga jangan samapai sekali-kali menengok ke bawah, atas, kanan atau kiri.
c. Kedua belah kaki direnggangkan dengan tidak terlalu lebar, kira-kira satu jengkal tangan kita

2. Mengangkat kedua tangan seraya mengucapkan takbiratul ihram “Allahu Akbar”. Kedua belah tangan diangkat sejajar dengan bahu, telapak tangan dihadapkan ke arah kiblat, jari-jari tangan lurus, dan ibu jari disejajarkan dengan daun telinga.

3. Dilanjutkan dengan meletakkan tangan kanan di tas tangan kiri, keduanya tepat menempel di atas ulu hati (antara dada dan perut)

4. Kemudian dilanjutkan denagn membaca doa iftitah sebagai berikut :

Kabiraw walhamdulillahi katsiraw wa subhanallahi bukrataw wa ashiila. Innii Wjjahtu Wajhiya lilladzii fatharassamaawaati wal ardha haniifam muslimaw wamaa ana minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wamah yaaya wamamaatii lillahi rabbil ‘aalamin. Laa syarikalahu wabidzalika umirtu wa ma ana minal muslimin.

5. Membaca surat al-Fatihah diawali dengan bacaan ta’awudz :

A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (١)الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٢)الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (٣)مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (٤)إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (٥)اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦)صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (٧)

1. dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
2. segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. yang menguasai di hari Pembalasan
5. hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.
6. Tunjukilah Kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

6. Setelah membaca surah al-fatihah dilabjutkan dengan membaca slah satu ayat atau surah dari Al-Qur’an yang lain menurut kemampuannya. Contohnya surah Al-Ikhlas :

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (١)اللَّهُ الصَّمَدُ (٢)لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (٣)وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (٤)

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

7. Kemudian rukuk, diawali dengan mengangkat kedua belah tangan seperti ketika takbiratul Ihram dengan mengucapkan takbir “Allahu Akbar”. Ketika rukuk, posisi punggung dan kepala sejajar membentuk garis lurus. Kedua telapak tangan berada tepat di lutut. Kedua lengan tanagn diupayakan selurus mungkin. Ketika rukuk, kita membaca : Subhana robbiyal azhiimi wabihamdihi.

8. I’tidal, yakni berdiri tegak dari rukuk seraya mengangkat kedua belah tangan seperti ketika takbiratul ihram sambil mengucapkan : Samiallaahu liman hamidah. Dilanjutkan dengan membaca : Rabbana walakal hamdu wamil us samaawaati wa mil ul ardhi wamil-u maa syi’ta min syai-im ba’du.

9. Sujud seraya mengucapkan takbir. Sujud yang benar adalah :
a. Meletakkan kedua lutut dan jemari kedua kaki di atas sajadah.
b. Disusul meletakkan kedua telapak tangan di atas sajadah, diteruskan merapatkan dahi dan hidung di atas sajadah. Posisi kedua telapak tangan sejajar dengan pundak.
c. Meregangkan kedua tealapak tangan dari lambung dan siku terangkat k etas, tidak boleh menempel di lantai.
d. Bila sujud telah dirasa sempurna, diteruskan dengan membaca bacaan : Subhaana robbiyal a’laa wa bihamdihi

10. Bangkit dari sujud untuk melakukan duduk iftirasy (duduk diantara dua sujud) sambil mengucapkan takbir “Allahu Akbar”. Cara duduk yang benar ialah :
a. Duduk diatas telapak kaki kiri sedangkan kaki kanan bertumpu pada ujung jari-jari yang dilipat ke bawah.
b. Kedua tealapak tangan diletakkan di atas kedua lutut lalu membaca doa : Allahummaghfirlii warhamnii wajburnii wahdinii warzuqnii wahdinii wa’aafinii wa’fuannii.

11. Kemudian sujud kembali dengan membaca takbir “Allahu Akbar”. Cara dan bacaan pada sujud kedua ini sama dengan sujud yang pertama.

12. Sujud kedua selesai dilakukan, kemudian berdiri kembali unutk melaksanakan rakkat kedua yang diiringi bacaan takbir “Allahu Akbar”. Lakukan seperti sikap semula sesudah takbiratul ihram pada rakaat pertama, yakni meletakkan kedua telapak tangan di atas dada (bersedekap). Selanjutnya tanpa membaca doa iftitah langsung membaca al-fatihah dan salah satu surah dari Al-Qur’an.

13. Selesai membaca salah satu ayat/ surah qur’an, kemudian rukuk seraya membaca takbir. Cara dan bacaannya sama dengan rukuk pada rakaat pertama.

14. Kemudian I’tidal yang cara dan bacaannya sama dengan I’tidal di rakaat pertama.

15. Kemudian sujud dengan diiringi bacaan takbir. Cara dan bacaannya seperti pada rakaat pertama

16. Bangkit dari sujud diiringi takbir untuk melakukan duduk iftirasy, cara dan bacaannya sama dengan duduk iftirasy sebelumnya.

17. Selanjutnya sujud kembali diiringi bacaan takbir. Cara dan bacaannya sama dengan sujud-sujud sebelumnya.

18. Setelah itu, bangun dari sujud untuk melakukan duduk tasyahud awal pada rakaat kedua. Caranya :
a. Duduk iftirasy, ytakni duduk diatas telapak kaki kiri, sedangkan kaki kanan bertumpu pada ujung jari yang di lipat ke bawah
b. Jari telunjuk kanan di acungkan sementara jari-jari lain menggenggam
c. Telapak tangan kiri di letakkan diatas lutut kiri
d. Membaca doa tasyahud sebagai berikut :
Attahiyyaatul mubaarakaatus shalawaatuth thayyibaatulillaah, assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wabarakaatuh. Assalaamu’alainaa wa’alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin. Asyahadu allaa ilaaha ilallaahu wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah.

19. Dilanjutkan membaca shalawat sebagai berikut :
Allaahumma shalli ‘alaa muhammadin wa ‘alaa muhammadin wa ‘alaa alii Muhammad, kama shallaita ‘alaa ibrahiima wa aali ibrahiim, wa baarik ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa barakta ‘alaa ibraahiima wa aali ibraahiim, innaka hamiidum majid.

20. Bangkit dari tasyahud awal, dan berdiri disertai takbir untuk melaksanakan rakaat ketiga seperti cara-cara sebelumnya

21. Melakukan duduk tasyahud akhir pada rakaat ketiga (shalat magrib) atau pada rakaat keempat untuk shalat zhuhur, ashar, dan isya’. Caranya :
a. Duduk tawwaruq, yakni duduk dengan menyilangkan kaki kiri di bawah kaki kanan, sedangkan kaki kanan bertumpu di ujung jari yang dilipat ke bawah menghadap kiblat.
b. Mengacungkan jari seperti pada cara pelaksanaan tasyahud awal.
c. Membaca doa tasyahud seperti pada pelaksanaan tasyahud awal.

22. Setelah membaca shalawat seperti pada tasyahud awal, membaca doa sebagai berikut : Innaaka hamiidum majiid.


23. Salam. Setelah selesai membaca doa diatas dilanjutkan dengan membaca salam dengan ketentuan :
a. Mengucap salam seraya telunjuk jari kanan ditarik kembali dan menoleh ke arah kanan hingga pipi kanan kelihatan seluruhnya dari belakang
b. Diteruskan dengan mengucapkan salam kembali seraya menoleh kea rah pipi kiri hingga pipi kiri keliharan dari belakang
c. Bacaan salam adalah : Assalamu’alaikum warahma-tullahi wabarakaatuh.

Readmore »»

Buat Nambah Uang Jajan