Perlukah Kita Merayakan Valentine?

Hari Valentine, yang dikenal sebagai Hari Kasih Sayang adalah sesuatu yang amat tak asing bagi kita semua, tak terkecuali pada saudara muslim kita yang masih dalam tahap remaja. Bahkan banyak diantara remaja mulsim kita yang turut mengikuti perayaan ini, padahal tidak ada anjuran dalam Al-Qur’an untuk mengikuti perayaan ini. Berikut ini saya akan mengulas sedikit sejarah mengenai sejarah dan asal-usul Valentine’s Day ini.

Asal Usul
Perayaan ini termasuk salah satu hari raya bangsa Romawi penyembah berhala, yang sebenarnya perayaan ini adalah perwujudan cinta mereka kepada dewa-dewa sesembahan mereka. Kisah yang paling terkenal dari sejarah valentine ini adalah kisah Romulus yang merupakan pendiri kota Roma, yang konon disusui oleh serigala ketika masih kecil. Kemudian bansa Rmawoi memperingati peristiwa ini pada pertengahan bulan Februari setiap tahun dengan perayaan yang megah.

Versi lain menyatakan, nbahwa di kerajaan Romawi dulu terdapat seorang kaisar bernama Claudius II, yang bermusuhan dengan penyebar agama Nasrani St Valentine. Sang kaisar berulangkali memaksanya untuk meninggalkan agam Nasrani dan kembali pada agama paganis Romawi. Namun St Valentine menolak dan tetap berpegan pada ajaran agama Nasrani. Ia dibunuh oleh tentara Romawi pada 14 Februari 270 M, bertepatan dengan hari raya paganis Romawi Lupercalia. Sampai saat bangsa Romawi memeluk Nasrani, mereka tetap meryakan hari raya tersebut, hanya saja mereka menggantinya dengan peringatan hari terbunuhnya Valentine untuk mengenangnya.

Yang perlu Diperhatikan
Saudaraku umat muslim sekalian, jika kita perhatikan masalah yang diulas diatas, maka kita kan mendapati hal-hal berikut :
1. Asal perayaan ini adalah ahri raya Paganis Romawi, sebagai bentuk ungkapan rasa cinta kepada berhala sesembahan mereka selain Allah. Sementara, didalam islam, sudah jelas bahwa kita dilarang untuk menyembah berhala, dan ideologi paganisme Romawi adalah bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, apabila kita ikut-ikut merayakannya, sudah tentu kita juga merayakan momen pengagungan dan penyembahan berhala (syirik). Hal tersebut dapat kita perjelas lagi dengan mengutip firman Allah :

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (٧٢)


72. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", Padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.

2. Awal mula perayaan ini adalah terkait dengan kisah khurafat yang tidak bisa diterima oleh akal sehat, apalagi akal seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT dan para RasulNya.
3. Diantara syiar perayaan sesat inio terdapat ritual penyembelihan anjing dan domba betina yang darahnya dilumurkan kepada dua pemuda, kemudian dimulai pawai besar dengan kedua pemuda tadi melumuri segala sesuatu yang mereka jumpai. Para wanita romawi dengan senang hati menerima lumuran darah tersebut, dengan keyakinan untuk memperoleh kesuburan dan dapat melahirkan dengan mudah. Orang yang berfitrah lurus tentu akan menjauhi hal-hal semacam ini.
4. Keterkaitan St. Valentine dngan perayaan ini diperselisihkan. Bahkan terdapat beberpa literature yang mergaukan kebenaran kisah tersebut. Dan bila benar perayaan ini terkait dengan pembunuhan St. Valentine, lalu apa hubungannya umat muslim dengan St Valentine yang notabene seorang Nasrani sehingga harus ikut-ikutan merayakan Hari raya ini?
5. Para pemuka Nasrani telah menentang perayaan ini pada masa mereka karena telah menimbulkan kerusakan akhlaq pemuda dan pemudi akibat perayaan ini, amak dilaranglah perayaan ini di puat Katolik Vatikan, Italia.


Dengan demikian, sudah jelaslah bahwa kita sebgai umat muslim tidak perlu ikut merayakan perayaan ini, karena Hari raya Valentine sama sekali tidak dianjurkan di dalam agama Islam, dan hendaknya kita ajak pada saudara-saudara dan kerabat dekat kita untuk turut menjauhi perayaan ini, sehingga kita semua dapat menghindari laknat Allah akibat turut mempersekutukannya secara tidak langsung melalui peringatan hari raya Valentine ini.

Readmore »»

Sejarah Asal-Usul Umat Yahudi

Nabi Ibrahim as dilahirkan dan tumbuh di negeri Babilonia, suatu negeri yang pada saat itu penduduknya melakukan berbagai bentuk kemusyrikan, seperti menyembah batu, berhala, bintang. Semua penduduknya pada saat itu mengingkari Allah swt kecuali Ibrahim, istrinya dan keponakannya (Luth).

Berbagai upaya dilakukan olehnya untuk mendawahi mereka agar menyembah Allah swt termasuk terhadap ayahnya sendiri dengan menjelaskan kepada mereka bahwa apa yang mereka sembah tidaklah bisa memberikan manfaat ataupun mudharat sedikit pun.
Ketika Ibrahim merasa bahwa da’wahnya kurang disambut maka mereka berpindah ke negeri Syam (Palestina) dan menetap di daerah Nablus. Dan pada saat Palestina diterpa musibah kelaparan dan biaya hidup begitu tinggi maka mereka berpindah ke negeri Mesir. Dari Mesir mereka kembali lagi ke Palestina.
Pada saat di Mesir, Ibrahim mendapatkan hadiah dari Fir’aun Mesir seorang budak wanita yang bernama Hajar. Dan dari Hajar beliau as mendapatkan Ismail yang kemudian dibawa oleh Ibrahim ke Mekah.
Sementara dari Sarah, Ibrahim mendapatkan Ishaq pada usianya yang menginjak 100 tahun setelah 14 tahun kelahiran Ismail. Kemudian Ishaq menikah dengan Rifqo binti Batwail di usia 40 tahun dan Ibrahim pada saat itu masih hidup. Dari Batwail ini, beliau mendapatkan anak kembar yang bernama ‘Aishu dan Ya’qub.
Allah memberikan kepada Ya’qub 12 orang anak, yaitu : Ruwaibil, Syam’un, Luwa, Yahudza, Isakhar, Zailun, Yusuf, Benyamin, Dan, Naftli, Had dan Asyir. Sementara yang paling dicintai oleh Ya’qub adalah Yusuf. Hal ini membuat cemburu saudara-saudaranya yang akhirnya mereka bersepakat untuk membuangnya ke sumur yang ditemukan oleh sekelompok musafir dan dijadikan barang dagangan. Yusuf kemudian dibeli oleh seorang penguasa Mesir dan istrinya dengan harga 20 dirham. Di negeri Mesir, Yusuf mendapatkan kesuksesan dengan menjadi bendaharawan negara dan ia pun mengajak ayah dan saudara-saudaranya untuk berpindah ke Mesir.
Ketika Mesir berada dalam puncak kezhaliman yang dilakukan oleh Fir’aun terhadap orang-orang Bani Israil dengan menyembelih anak-anak lakinya dan membiarkan hidup anak-anak perempuan kemudian Allah swt mengutus Musa as dan Harun untuk menda’wahi Fir’aun.
Upaya Musa dan Harun ini pun mendapat perlawanan yang luar biasa dan keras dari Fir’aun dan para tukang sihirnya sehingga Musa dan orang-orang yang beriman kepadanya melarikan diri. Pelarian diri mereka pun dikejar oleh Fir’aun dan tentaranya hingga sampai ke tepi lautan. Allah memerintahkan Musa untuk memukulkan tongkatnya ke lautan sehingga terdapat jalan untuk bisa dilintasi oleh Musa dan orang-orang yang beriman sehingga selamat sampai di tepian, dan ketika Fir’aun serta tentaranya yang ada di belakang mereka memasuki jalan tersebut maka Musa memukulkan kembali tongkatnya ke lautan sehingga lautan itu menjadi seperti sedia kala dan menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya.
Kemudian Allah swt memerintahkan Musa dan orang-orang yang bersamanya untuk keluar dari Mesir dan menuju Baitul Maqdis (Palestina). Di negeri ini, Musa mendapatkan suatu kaum yang kuat dan gagah dari keturunan al Haitsaniyin, al Fazariyin dan al Kan’aniyin dan yang lainnya. Musa pun memerintahkan para pengikutnya untuk memasukinya serta memerangi mereka namun mereka semua enggan dan tidak mau menuruti perintah nabinya sehingga Allah menyesatkan mereka semua selama 40 tahun.
Pada masa 40 tahu didalam kesesatan ini Musa dan Harun meninggal dunia sehingga kepeminpinan Bani Israil dipegang oleh Yusa’ bin Nuun yang kemudian berhasil menundukkan Baitul Maqdis.
Setelah orang-orang Bani Israil menetap di Palestina, mereka mengalami tiga masa secara berturut-turut :
1. Masa Kehakiman; dimana kebanyakan keturunan mereka mengembalikan segala putusan dari perkara yang diperselisihkan diantara mereka kepada satu orang hakim. Masa ini berlangsung hingga sekitar 400 tahun.
2. Masa Menjadi Raja; sebagaimana firman Allah swt didalam surat al Baqoroh ayat 246 – 252. Allah menjadikan Thalut sebagai raja, kemudian Daud dan Sulaiman as.
3. Masa Perpecahan; yaitu pada masa setelah Sulaiman as terjadi perselisihan antara Rahbi’an bin Sulaiman dengan Yarbi’an bin Nabat. Kemudian Rahbi’an dan keturunan Yahudza serta Benyamin mendirikan negara yang bernama Negara Yahudza yang dinisbahkan kepada Yahudza dari keturunan Daud dan Sulaiman. Ibu kota negara ini di Baitul Maqdis.
Sedangkan Yarbi’an bin Nabath dengan 10 keturunan yang tersisa mendirikan negara Israil di sebelah Palestina bagian utara dengan ibu kotanya adalah Nablus. Merekalah orang-orang yang kemudian dinamakan dengan Syamir yang dinisbahkan kepada gunug di sana yang bernama Syamir.
Pada tahun 722 SM, negara Israil jatuh ke tangan orang-orang Asyuri dibawah pimpinan raja mereka yang bernama Sarjun sedangkan negara Yahuza jatuh ke tangan orang-oang Fira’unah pada tahun 603 SM.
Pada kira-kira tahun 586 SM Bukhtanshar (Nebukat Nashar), raja Babilonia berhasil menduduki Palestina dan mengusir orang-orang Fira’unah serta menghancurkan negara Yahudza dan memenjarakan orang-orang Yahudi serta membawanya ke Babilonia, yang kemudian dikenal dengan ‘Tawanan Bailonia’
Pada tahun 538 SM, raja Parsia yang bernama Kursy berhasil menaklukan Babilonia sehingga melepaskan para tawanan Yahudi dan sebagian dari mereka kembali lagi ke Palestina.
Pada tahun 135 SM, orang-orang Romawi pada masa kepemimpinan Adryan berhasil memadamkan revolusi yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi sehingga menghancurkan negeri. Orang-orang Romawi berhasil mengusir mereka (Yahudi) dari sana dan menjadikan mereka terpecah-pecah di berbagai tempat di bumi. Sebagaimana firman Allah swt
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَن يَسُومُهُمْ سُوءَ الْعَذَابِ إِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الأَرْضِ أُمَمًا مِّنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa Sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksa-Nya, dan Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS. Al A’raf : 167 – 168)
Pada saat Palestina dibawah kekuasan Romawi ini, Allah swt mengutus Isa as sebagai Rasul kepada Bani Israil, sebagaimana firman Allah swt “Seorang rasul kepada Bani Israil” yang mengajak mereka untuk memperbaiki berbagai kerusakan. Seruan ini disambut oleh sebagian orang-orang Yahudi. Dan orang-orang Yahudi terpecah menjadi dua, sebagaimana diberitakan Allah swt ;

فَآَمَنَت طَّائِفَةٌ مِّن بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَت طَّائِفَةٌ

Artinya : “lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir.” (QS. Ash Shaff : 14)
Golongan yang pertama adalah orang-orang Nasrani sedangkan yang kedua adalah Yahudi.
Para tukang tenung dan ulama Yahudi mendatangi Raja Romawi agar menangkap dan membunuh Isa as yang kemudian permintaan ini disambut oleh raja, namun Allah swt mengangkat Isa dan menggantikannya dengan orang yang mirip dengannya yang kemudian disalib, firman Allah swt :
إِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ

Artinya : “(ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, Sesungguhnya aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku.” (QS. Al Imran : 55)
Artinya : “dan karena Ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (QS. An Nisaa : 157) (Disarikan dari Al Bidayah wan Nihayah dan majdah.maktoob.com)
Kaum Muslimin Lebih Berhak Atas Yahudi Terhadap Palestina
Terhadap bumi Palestina maka kaum muslimin lebih berhak dibandingkan orang-orang Yahudi dikarenakan beberapa alasan :
1. Sesungguhnya kaum musliminlah yang membebaskan Al Quds (Yerusalem) dari kehancuran yang dilakukan oleh orang-orang Romawi. Kaum muslimin tidak merebutnya dari orang-orang Yahudi. Setelah menguasai Palestina justru kaum muslimin menjaga gereja-gereja dan tempat-tempat ibadah mereka.
2. Selama 12 abad kaum muslimin berada di Palestina dan menjadikan Baitul Maqdis sebagai ibu kota bagi mereka dan menjalani pemerintahan dengan cara-cara syari’ah serta menyirami buminya dengan berbagai kebaikan dan penuh ibadah kepada Allah swt. Mereka tidak pernah meruntuhkan kota atau membakarnya, mereka tidak pernah mengusir penduduknya yang non muslim bahkan mereka semua dapat hidup dengan rasa aman selama pemerintahan islam.
3. Orang-orang Israil tidak mungkin bisa melakukan semua yang telah dilakukan pemerintahan islam disana, yang telah menyinarinya dengan berbagai kebaikan dan toleransi yang tinggi. Kaum muslimin melakukan itu semua dikarenakan aqidah dan keimanan mereka kepada para nabi Allah sementara orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang tidak mengimani risalah Isa dan juga Muhammad. (Al Quds Asy Syarif Haqoiqut Tarikh hal 4 -5)
4. Risalah Muhammad saw adalah risalah yang meneruskan nabi-nabi termasuk Ibrahim, Ishaq, Yaqu, Musa dan Isa yang mereka semua juga dinamakan oleh Allah swt sebagai oorang-orang yang berserah diri (muslim) sehingga kaum muslimin lebih berhak mewarisi bumi Palestina daripada orang-orang Yahudi saat ini.
Dengan demikian kaum muslimin tidak rela apabila Al Quds diambil alih oleh kaum yang suka melakukan kerusakan di bumi, terlebih lagi akan dibangunanya di sana Negara Palestina.
Wallahu A’alam.

sumber : www.eramuslim.com

Readmore »»

Segala Sesuatu Adalah Didasari Oleh Niat

Saudaraku umat muslim sekalian, niat adalah landasan utama dalam segala perbuatan kita. Rasulullah pernah bersabda : “Bahwa sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat, dan bahwa sesungguhnya bagi setiap orang apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya menuju kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang hijrahnya kerana dunia yang dia mahu mencari habuannya, atau kerana seorang perempuan yang dia mahu kahwininya, maka hijrahnya ke arah perkara yang ditujuinya itu” .


Setiap amal perbuatan kita, sebenarnya bisa menjadi pahala, jika kita mengawalinya dengan niat kepada Allah. Mengapa harus diniatkan karena Allah? Karena jika kita berniat untuk sesuatu yag lain, misalnya untuk kepentingan duniawi, maka yang kita dapat hanyalah hal yang bersifat duniawi saja. Dan yang amat disayangkan adalah kita sama sekali tidak mendapat pahala dari Allah SWT. Jika kita berniat karena Allah, maka setidak-tidaknya kita bisa berharap untuk mendapat pahala dari Allah SWT.

Sebagai contoh kecil, ketika banyak sekali diantara saudara-saudara kita umat muslim yang mengalami kegagalan dalam memenuhi kriteria lulus Ujian Nasional, banyak sekali diantara mereka yang mengalami kekecewaan berat. Mereka begitu sulit sekali untuk menerima kenyataan. Bahkan sampai ada yang bunuh diri. Tentunya jika kita menilik masalah ini dengan lebih terperinci, hal tersebut dikarenakan mereka telah meniatkan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi sejak awal-awal menempuh pendidikan di bangku SMA. Mereka sama sekali lupa bahwa yang menentukan segala sesuatunya adalah Allah SWT. Sehingga ketika pada akhirnya mereka melenceng dari niatan awal mereka, mereka mengalami kekecewaan dan depresi yang mendalam. Hal yang terjadi akan berbeda jika saudara-saudara muslim kita tersebut, meniatkan belajarnya atas nama Allah. Mereka akan berfokus dan memandang bahwa sesungguhnya mereka belajar itu hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Sehingga, jika mereka pada akhirnya mengalami kenyataan terburuk yakni gagal untuk lulus, mereka masih bisa melanjutkan hidup, karena tujuan utama mereka bukanlah untuk sekadar lulus dan melanjutkan ke perguruan tinggi populer, melainkan untuk mengharap ridho dan pahala dari Allah semata.

Demikianlah, saya berharap apa yang saya tuliskan disini dapat dijadikan renungan untuk kita semua, terutama saya pribadi. Semoga kita termasuk dalam golongan hamba-hamba yang mengharapkan ridho Allah semata. Amiin…

Readmore »»

Supaya Shalat Menjadi Khusyuk

Pasti kita semua sebagai seorang muslim, sangat menginginkan sekali agar bisa melaksanakan shalat secara khusyuk. Shalat khusyuk adlah suatu kenikmatan tersendiri, yang hanya bisa diperoleh apabila kita melaksanakan shalat secara bersungguh-sungguh. Tetapi, hal diatas itu masih belum cukup. Mengapa? Karena seringkali diantara kita ketika menjalankan shalat, lupa untuk menghadirkan hati.

Hati adalah faktor yang cukup penting untuk bisa melaksanakan shalat secara khusyuk. Pasti akan sulit sekali untuk berkonsentrasi ketika shalat, apabila hati kita masih berpikir kemana-mana. Hasilnya, tentu saja shalat kita menjadi tidak karuan, yang pada akhirnya kan berujung pada pertanyaan seperti ini : “saya tadi shalat sudah rokaat yang keberapa yah?”.

Nah, pastinya akan amat disayangkan apabila kita sudah susah-susah melaksankan shalat, tetapi amalan shalat kita belum diterima oleh Allah lantaran kita kurang khusyuk dlam menyembahnya. Nah, agar hal tersebut tidak terjadi, maka kita harus mengusahakan bagaimana caranya supaya shalat kita ini bisa menjadi khusyuk. Bagi saudara umat muslim sekalian, saya punya beberpa tips yang mudah-mudahan dapat membantu agar shalat kita menjadi lebih khusyuk. Berikut ini tipsnya :

1. Beranggaplah, bahwa ketika shalat itu Allah sedang berada di depan kita. Jika dirasa sulit untuk membayangkan hal yang demikian, kita harus meyakinkan diri kita, bahwa Allah sedang melihat pelaksanaan shalat kita, sehingga kita akan menjadi lebih berhati-hati dalam pelaksanaan shalat.
2. Memahami makna bacaan. Memahami makna bacaan itu adalah salah satu hal yang penting dalam pelaksanaan shalat. Dengan memahami makna dari surat yang kita baca ketika shalat, tentunya menjadikan surat yang sedang kita baca maknanya akan meresap ke dalam hati.
3. Pahami makan dzikir kita. Ketika kita sedang melakukan rukuk atau sujud, tentunya tak lepas dari dzikir bukan? Nah, kita harus mampu mengetahui makna sebenarnya dari dzikir tersebut. Jadi, dzikir tersebut bukanlah sekedar bacaan di lisan saja, tetapi dimantapkan dengan pengikraran di dalam hati.
4. Memandang tempat sujud. Perhatian kita dalam shalat akan menjadi lebih terpusat apabila kita memandang kea rah tempat sujud. Janganlah terlalu banyak melirik atau memandangkan mata kita kea rah lain, karena hal tersebut menjadikan konsentrasi kita m,enjadi mudah terpecah.
5. Jangan suka mempermainkan anggota badan. Yang saya maksud dengan mempermainkan disini adalah terlalu banyak melakukan pergerakan badan yang tidak perlu. Mengapa, karena hal tersebut merupakan hal yang dimakruhkan oleh rasul, dengan kata lain apabila kita melakukannya, maka pahala shalat kita akan menjadi berkurang.
6. Memanjangkan rukuk dan sujud. Ketika melaksanakan shalat, janganlah kita melakukan rukuk dan sujud itu terlalu cepat. Nikmatilah saat-saat kita menundukkan kepala dan merendahkan diri di hadapan Allah. Terdapat sebuah hadis yang berbunyi : “Sesungguhnya jarak yang paling dekat antara Allah dengan hambanya itu adalah ketika bersujud Oleh karena itu, perbanyaklah doa diwaktu itu.”
7. Menjauhi kebimbangan dalam shalat. Menjadikan manusia bimbang di dalam shalat adalah target setan, untuk menjadikan kita tidak khuyuk dalam menjalankan shalat. Oleh karena itu ketika melaksanakan shalat, usahakan untuk membuang jauh pikiran ragu dan bimbang dalam diri kita, karena hal tersebut akan merusak tatanan urutan ibadah shalat kita.

Sekian dulu tulisan saya kali ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, Amiin…

Readmore »»

Buat Nambah Uang Jajan